Di dalam kisah Kalimullah, Musa, yang dituturkan di dalam al-Qur'an surat Al-Kahfi ayat 60-82, dan yang diceritakan pula oleh Rasulullah kepada para sahabat beliau sebagaimana yang diriwayatkan di dalam Shahihain.
Rasulullah bersabda, "Ketika Musa berasa di tengah-tengah para pembesar Bani Israil, tiba-tiba seorang laaki-laki mendatanginya lalu berkata, "Apakah engkau tahu ada orang lain yang lebih berilmu darimu?" Musa berkata, "Tidak." Maka Allah memberikan wahyu kepadanya dan berkata, "Ya, ada. Yaitu hamba Kami yang bernama Khidhir." Lalu Nabi Musa menyanyakan jalan untuk bisa menemuinya ... " Alhadits.
Abul Abbas Al-Qurthubi mengatakan,
"Di antara kesimpulan fikih yang dapat diambil dari hal ini adalah bagaimana seorang alim melakukan perjalanan dalam rangka mencari tambahan ilmu, dan tindakannya meminta tolong seseorang pembantu atau kawan untuk keperluan itu. Kemudian tentang memanfaatkan kesempatan bertemu orang-orang mulia dan berilmu sekalipun tempat mereka begitu jauh. dan seperti inilah kebiasaan As-Salaf As-Shalih. Oleh karena itulah, para penempuh rihlah menuntut ilmu dapat mencapai hasil yang maksimal. Sehingga kokohlah kaki-kaki mereka di atas ilmu pengetahuan. Dan layaklah mereka mendapatkan sebaik-baiknya sebutan ganjaran."
Al-Mawardi meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra.. Ia berkata, "Seandainya seseorang boleh berhenti menuntut ilmu karena sudah merasa cukup. Tentu Nabi Musa akan berhenti menuntut ilmu. Namun ia (nabi Musa) berkata, "Bolehkan aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" Al-Kahfi: 66.
Ini adalah keadaan para Nami. dan para ulama adalah pewaris para Nabi. Mereka tidaklah mewarisi apapun kecuali ilmu. Mereka aadalah orang-orang yang memburu dan meraih ilmu serta berlelah-lelah di jalan ilmu sehingga mereka mendapatkan bagian warisan ilmu yang tak terkira banyknya.
Referensi :
1. Al Musawwiq Ila Al-Qiroati wa Tholabil al Ilmi
2. Al-Bukhori no. 70 dan Muslim no. 2380 (Hadits Ubay bin Ka'ab)
3. Al-Mufhim (6/196)
4. Miftahu Daris Sa'adah (1/487-488)
5. Umdatul Qaariy (2/64)
6. Ikmalul Muallim (7/367)
7. Adabud Dunya Wad Din (Hal. 124 disandarkan kepada Qatadah dalam Al Bayaanu Wat Tabayyun (1/258)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar